Basuki Ragukan Transparansi Rekrutmen CPNS DKI
Selasa, 27 November 2012 | 09:40 WIB
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama saat ruangan
serves di Komplek Balaikota, Jakarta Pusat, Rabu (17/10/2012).
Aktivitas yang juga dilakukan di semua lantai di Komplek Balaikota
tersebut untuk mengunjungi pegawai yang berkantor di gedung itu.
JAKARTA, KOMPAS.com —
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyoroti proses
rekrutmen calon pegawai negeri sipil (CPNS) Pemprov DKI Jakarta yang
menurutnya masih bisa diakal-akali. Dia meminta sistem rekrutmen yang
transparan.
Dalam rapat dengan Badan Kepegawaian Daerah, seperti
yang ditayangkan di YouTube berjudul "22 Nov 2012 Gub & Wagub
menerima paparan BKD", Gubernur DKI Jakarta Jokowi dan Basuki mendapat
penjelasan soal rekrutmen CPNS di Pemprov DKI.
Kepala BKD Budhihastuti menjelaskan, Pemprov DKI sudah menggunakan
e-recruitment berbasis IT. Pelamar, kata dia, mencapai 24.000 orang. Namun, yang dibutuhkan hanya 5.000 CPNS.
"Tes dilakukan di Gelora Bung Karno dengan anggaran Rp 3 miliar," jelas Budhihastuti.
Basuki
pun menanyakan terkait prosesnya apakah sudah terkomputerisasi. Menurut
Kepala BKD DKI belum. Hasil lembar jawaban masih diserahkan ke
perguruan tinggi untuk penilaian. Basuki pun menyebut hal itu rawan
kecurangan.
"Itu tidak transparan. DKI itu sudah ada sistem. Jadi, ujian itu tidak transparan. Saya tukangnya
ngatur-ngatur
nilai itu semua. Digeser-geser nilainya. Tanya ke Pak Taufik Effendy
sebagai (mantan) Menteri PAN. Jadi dikasih ke PT, oknum juga main di
sana," ujar Basuki.
Basuki meminta sistem rekrutmen CPNS
benar-benar elektronik. Jika tidak, Basuki menegaskan tidak boleh ada
perekrutan CPNS di Pemprov DKI.
"Kalau hasilnya dibawa, sistem
komputerisasi, itu pasti bohong. Itu semua main. Jadi, saya izin Pak
Gubernur kalau sistemnya masih seperti itu, enggak boleh ada rekrutmen,"
kata Basuki kepada Jokowi yang duduk di sebelahnya.
Menurut
Basuki, DKI harus menjadi contoh semua daerah di Indonesia sebagai
provinsi yang paling transparan merekrut CPNS. "Jadi, enggak boleh ada
rekrutmen dengan kirim data hasil ujian, bohong semua," cetusnya.
Menanggapi
hal itu, Budhihastuti menyatakan akan melakukan yang diminta Wagub.
Namun, pengadaan komputernya baru diusulkan pada 2013.
Basuki pun
memberi solusi bahwa BKD DKI bisa meminjam fasilitas Badan Kepegawaian
Negara (BKN) untuk ujian. Dengan begitu, hasil ujian bisa langsung
dilihat tanpa ada kecurangan.
"Di luar DKI
aja bayar Rp 150 juta, apalagi DKI. Saya bukan menuduh siapa-siapa, tapi ini bukan soal uang, tapi soal sistem," ucap Basuki.
Agar
tidak membeludak, lanjut Basuki, ujian bisa diatur tidak serentak. Soal
pun bisa diacak komputer sehingga urutan soal tidak ada yang sama.
Berita terkait dapat diikuti di topik:
100 HARI JOKOWI-BASUKI